Sejarah Kopi di Indonesia
https://jakartainside.blogspot.com/2016/03/sejarah-kopi-di-indonesia.html
Tulisan ini saya tuangkan ke blog saya, karena saya sebagai penggemar kopi ingin mengetahui jenis2 kopi yang yang ada di Indonesia. Dan saya juga ingin mengetahui dampak dari kopi bagi tubuh. Ada beberapa pro kontra mengenai kopi. Tapi yang pasti kita tidak usah terlarut dalam menanggapi para ahli kesehatan yang pro dan kontra dalam efek minum kopi. Asal tidak berlebihan dan minum pada tempat dan waktu yang tepat. Karena apapun itu pendapat para ahli, kopi memang mempunyai sensasi tersendiri. Dan hidup memang agak hambar ya tanpa minum kopi...
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi
Arabika. Kopi ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh
Komandan Pasukan Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian
ditanam dan dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi
-Jakarta Timur, dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman
ini kemudian mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi
bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat
antara lain di Priangan, dan akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan
Indonesia seperti Sumatera, Bali, Sulawesi dan Timor.
Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat diandalkan
oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam, yang
kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan
ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Ekspor kopi Indonesia pertama kami dilakukan pada tahun 1711 oleh
VOC, dan dalam kurun waktu 10 tahun meningkat sampai 60 ton / tahun. Hindia
Belanda saat itu menjadi perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia,
yang menjadikan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 – 1780.
Kopi Jawa saat itu sangat tekenal di Eropa, sehingga orang-orang Eropa
menyebutnya dengan “ secangkir Jawa”. Sampai pertengahan abad ke 19 Kopi Jawa
menjadi kopi terbaik di dunia.
Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup
siginificant, tahun 1830 – 1834 produksi kopi Arabika mencapai 26.600 ton, dan
30 tahun kemudian meningkat menjadi 79.600 ton dan puncaknya tahun 1880 -1884
mencapai 94.400 ton.
Selama 1 3/4 (Satu – tiga perempat) abad kopi Arabika merupakan
satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian
perkembangan budidaya kopi Arabika di Indonesia mengalami kemunduran hebat,
dikarenakan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) , yang masuk ke
Indonesia sejak tahun 1876. Akibatnya kopi Arabika yang dapat bertahan
hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000 m ke atas dari permukaan
laut, dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat. Sisa-sisa
tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di dataran tinggi ijen (Jawa
Timur) , Tanah Tinggi Toraja ( Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit
Barisan ( Sumatera) seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera
Utara dan dataran tinggi Gayo di Nangroe Aceh Darussalam.
Untuk mengatasi serangan hama karat daun kemudian Pemerintah
Belanda mendatangkan Kopi Liberika (Coffea Liberica) ke Indonesia pada tahun
1875. Namun ternyata jenis ini pun juga mudah diserang penyakit karat daun dan
kurang bisa diterima di pasar karena rasanya yang terlalu asam. Sisa tanaman
Liberica saat ini masih dapat dijumpai di daerah Jambi, Jawa Tengah dan
Kalimantan.
Usaha selanjutnya dari Pemerintah Belanda adalah dengan
mendatangkan kopi jenis Robusta ( Coffea Canephora) tahun 1900, yang ternyata
tahan terhadap penyakit karat daun dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan
yang ringan , sedangkan produksinya jauh lebih tinggi . Maka kopi Robusta
menjadi cepat berkembang menggantikan jenis Arabika khususnya di daerah –
daerah dengan ketinggian di bawah 1000 m dpl dan mulai menyebar ke seluruh
daerah baik di Jawa, Sumatera maupun ke Indonesia bagian timur.
Semenjak Pemerintah Hindia Belanda meninggalkan Indonesia,
perkebunan rakyat terus tumbuh dan berkembang, sedangkan perkebunan swasta
hanya bertahan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil di Sumatera; dan
perkebunan negara (PTPN) hanya tinggal di Jawa Timur dan Jawa Tengah.(sumber:
aeki-aice.org)