Mengenal Gini Rasio
https://jakartainside.blogspot.com/2017/01/mengenal-gini-rasio.html
Dalam suatu seminar
yang diadakan di Jakarta, seorang pejabat publik memaparkan gini ratio distribusi
pendapatan penduduk Indonesia dalam angka..
“Gini Rasio
Indonesia dari tahun 2004 melampau 0.41 dan bertahan sampai 2015. Saat ini Gini
Rasio 0.39, angka tersebut masih jauh dari target nasional yakni 0.35 di tahun
2019 ” ujar pejabat tersebut.(baca peta kemiskinan,red)
Penulis yang mendengarkan penjelasan tersebut merasa penasaran,
dengan arti gini ratio tersebut. Kemudian penulis ingat dengan mbah google.. si
raja tau segalanya.., langsung tanya-tanya sama mbah google dan ini jawabannya:
Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan. Alat atau perhitungan yang akan dibahas adalah Koefisien
Gini. Koefisien ini lazim digunakan oleh bank dunia dan banyak negara untuk
mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan.
A. Pengertian Koefisien Gini
Koefisien Gini adalah ukuran ketimpangan distribusi. Ukuran ini
pertama kali dikembangkan oleh statistisi dan ahli sosiologi Italia bernama
Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam makalahnya berjudul
“Variability and Mutability” (dalam bahasa Italia: Variabilità e mutabilità).
Koefisien Gini dinyatakan dalam bentuk rasio yang nilainya antara 0
dan 1. Nilai 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna di mana semua nilai sama
sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan yang paling tinggi yaitu satu orang
menguasai semuanya sedangkan yang lainnya nihil. Menurut definisinya, koefisien
gini adalah perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45
derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut.
Kurva lorenz |
Pada gambar di samping, Kurva Lorenz memetakan kumulatif pendapatan
pada sumbu vertikal dengan kumulatif penduduk pada sumbu horisontal. Pada
contoh, 40 persen penduduk menguasai sekitar 20 persen total pendapatan.
Koefisien gini diperoleh dengan membagi luas daerah A dengan (A+B).
Jika setiap individu memiliki pendapatan yang sama, maka kurva
distribusi pendapatan akan tepat jatuh pada garis lurus 45 derajat pada gambar,
dan koefisien gini bernilai 0. Sebaliknya jika seorang individu menguasai
seluruh pendapatan, dikatakan terjadi ketimpangan sempurna (maksimum) sehingga
kurva distribusi pendapatan akan jatuh pada titik (0,0), (0,100) dan (100,100),
dan angka koefisien gini bernilai 1.
B. Cara Perhitungan Index Gini
Koefisien Gini dihitung sbb:
"karena A+B = 0,5 Atau untuk fungsi probabilitas diskret f(y)
dengan yi; i dari 1 sampai n, adalah titik-titik diurutkan dari kecil ke besar
(increasing)": di mana
Pada praktek, fungsi L(x) maupun f(y) tidak diketahui, hanya ada
titik koordinat dalam interval. Sehingga koefisien gini dihitung menggunakan
rumus:
di mana:
- Xk = kumulatif proporsi populasi
- Yk = kumulatif proporsi income/pendapatan
- Yk diurutkan dari kecil ke besar
Nilai G1 di sini adalah perkiraan dari nilai G.
C. Gini Rasio
Tingkat pemerataan pendapatan akan terjadi jika semua orang
mendapatkan distribusi pendapatan yang sama rata, atau dengan kata lain Rasio
Gini -nya adalah sama dengan nol (Gini Ratio = 0). Jadi singkatnya rasio
Gini adalah rasio tentang distribusi pendapatan dengan angka kisaran 0 sampai
dengan 1. dan jika G mendekati 0 berarti distribusi pendapatan yang diterima
hampir sama dengan banyak penduduk. Berikut adalah arti nilai dari
besaran gini rasio:
G < 0.3 ————————-artinya ketimpangan rendah
0.3 ≤ G ≤ 0.5 ——————artinya ketimpangan sedang
G > 0.5 ————————-artinya ketimpangan tinggi
Memburuknya index Gini dari 38% (2010) menjadi 41% (2011) adalah
kesenjangan kaya-miskin yang mencemaskan.
D. Penghitungan gini
rasio
Perhitungan gini
rasio adalah daerah A dibagi dengan daerah B. dan jika semakin
menyempit daerah A (mendekati garis distribusi sempurna 45 derajat) artinya
gini rasio mendekati 0, yang berarti distribusi pendapatannya cenderung semakin
merata. lalu apakah ada negara dengan gini rasio sama dengan 0?
jawabannya tidak ada karena jika distribusi pendapatan sangat merata maka tidak
akan ada barang-barang mewah yang disebabkan investor barang mewah enggan
untuk berinvestasi pada negara tersebut.
Membaca penjelasan dari mbah google diatas, penulis sedikit mudeng, ga banyak sih he2.. bagaimana dengan pembaca, mudah2 banyak mudeng ya...