Test Keperawanan di Candi Sukuh
https://jakartainside.blogspot.com/2016/12/test-keperawanan-di-candi-sukuh.html
Jangan sekali-kali bertanya pada
perempuan “apakah kamu masih perawan?” Karena pertanyaan demikian akan
membuatnya tersinggung. Lebih baik ajak saja sang doi wisata ke sebuah candi,
nah siapa tahu dia memang tidak tahu kalau sedang di test keperawanannya.
Candi Sukuh terletak di Desa Sukuh,
Kelurahan Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi Sukuh adalah candi peninggalan zaman Jawa kuno yang terletak di lereng
Gunung Lawu sebelah barat, pada ketinggian lebih kurang 910 m di atas permukaan
laut.
Jaraknya dari Solo kurang lebih 35
km dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat sampai di tempat. Dari Solo
perjalanan menuju Karang Pandan kemudian menuju ke arah desa Kemuning, dan
setelah kita jumpai simpang tiga, maka kita ambil arah yang menuju ke timur.
Dahulu kala kalau orang hendak
mencapai puncak Sukuh harus melewati tangga batu yang panjang dari dataran
sampai di halaman candi tersebut. Halaman Candi Sukuh sendiri terdiri dari 3
teras .
Memperhatikan susunan teras di Candi
Sukuh banyak orang yang mencoba untuk menghubung-hubungkan dengan seni Mesir
ataupun seni Meksiko. Karena untuk memasuki teras pertama kita harus melewati
gapura, yang kalau kita perhatikan dari bawah gapura ini mirip pylon (gapura
untuk memasuki piramida) dari Mesir.
Di sebelah kiri dan kanan pada
gapura itu terdapat relief yang menunjukkan dengan jelas bahwa yang dimaksud
adalah tahun tertentu.Kita lihat di sebelah kiri ada gambar seorang manusia
yang ditelan oleh raksasa. Pada gapura terbaca candra sengkala “gapuro bhuto
aban wong” .
Di atas sebuah pohon ada beberapa
ekor burung, sedang di bawah ada seekor anjing yang memperhatikan peristiwa
mengerikan. Perlu diketahui bahwa sastra jawa memberi angka-angka tertentu pada
bangunan ataupun relief-relief pada barang yang terdapat pada setiap gapura
Gapura berarti 9. Raksasa berarti 5, menelan berarti 3 dan manusia 1. Kemudian
susunan angka itu di baca dari belakang dan terdapatlah tahun Jawa 1357 atau
tahun Masehi 1437.
Sedangkan relief di sebelah kanan
menunjukkan tahun yang sama dengan candra sengkala yang berbunyi “gapuro bhuto nahut bu(n)tut” yang berarti angka tahun 1359 caka. Relief ini berupa
gambar raksasa sedang lari menggigit ular. Di atasnya terdapat mahluk yang
sedang melayang-layang dan seekor binatang melata.
Dilantai kita melihat adanya relief
Lingga (alat kelamin wanita) berhadapan dengan lawan jenisnya Yoni (alat
kelamin laki-laki), mungkin suatu gambaran yang ada hubungannya dengan
kenyataan bahwa Candi Sukuh dengan relief alat kelamin itu bertalian
upacara-upacara kesuburan.
Yang pasti ini BUKAN suatu LELUCON
KASAR, melainkan berdasarkan kepercayaan mistik tentunya. Konon, menurut
cerita, UNTUK MENGETES KEPERAWANAN seorang gadis atau KESETIAANnya. Jika gadis
tersebut berbuat serong, jika melewati relief tersebut AKAN sobek atau terlepas
kainnya dan menitikkan darah (kalau pas Mens, gimana ya? Jangan mau di test
deh). Kalau perilakunya tidak tercela akan selamatlah ia melewati relief Yoni
dan Lingga tersebut.
Dan jika laki-laki yang berbuat
serong, dengan melewati relief itu akan ketahuan, dengan bukti si lelaki AKAN
TERKENCING-KENCING seketika. Nah lho, kalo mau nglewati jangan minum air
banyak-banyak dulu deh. Sedang yang sudah punya istri/suami bila melangkahii
relief ini pastinya pengin lagi he he he……pengin apa ya? Buktikan sendiri rasa
keinginannya nanti.
Yang penting, lepas dari itu semua, kita wajib menghormati peninggalan-peninggalan nenek moyang sekecil apapun wujudnya, karena itu bagian dari sejarah perjalanan bangsa kita yang patut dijunjung tinggi.