Marilin Monroe
https://jakartainside.blogspot.com/2016/12/marilin-monroe.html
Monroe mungkin adalah simbol pop
paling terkenal di masanya. Terlahir sebagai Norma Jeane Mortenson, Marilyn
Monroe selalu diingat untuk gayanya yang menggoda, bibir penuh, suara mendesah
rambut pirang nyaris putih berombak. Hingga kini, masih banyak seleb yang
terinspirasi dengan gayanya: Gwen Stefani, Madonna dan bahkan Dita Von Teese.
Salah satu kalimat terkenalnya tentang kecantikan adalah:
“Saya mau menua tanpa operasi
plastik. Saya ingin punya keberanian untuk setia pada wajah yang telah saya
bentuk”
Berikut ini adalah foto khasnya
yang terkenal yaitu saat dia berdiri di atas saluran udara subway dengan
rok yang terkembang.
“Kita tidak harus menjadi sangat kurus untuk terlihat cantik, karena perempuan yang sebenarnya adalah mereka yang mempunyai tubuh yang berbentuk.” Standar kecantikan seperti inilah yang kembali mengemuka setelah 50 tahun kematian Marilyn Monroe yang dianggap sebagai ikon kecantikan abadi dan tetap dipuja hingga saat ini yaitu standar kecantikan wanita dengan tubuh langsing berbentuk bak gitar Spanyol. Tidak heran sejak tahun 1950an produk-produk pelangsing dan konsultasi jasa dokter untuk melangsingkan tubuh semakin banyak digemari. Nah, dari sinilah banyak wanita yang terus menjadi korban propaganda media dengan selalu ingin tampil cantik sesuai perubahan standar kecantikan yang dibentuk media.
Peran media film sangatlah penting
dalam penyebaran standar kecantikan tersebut, hal ini terjadi melalui
propaganda penayangan sejumlah film, para wanita yang menontonnya akan dapat dengan
mudah terpengaruh untuk langsung mengikuti standar kecantikan seperti yang ada
dalam film tersebut dengan tujuan agar dapat disebut sebagai wanita yang cantik
dan menarik. Misalnya saja film Monroe yang berjudul “Some Like It Hot”
dan juga “The Misfits” yang memperlihatkan keindahan lekuk tubuhnya banyak
menjadi inspirasi bagi wanita lainnya untuk juga membentuk tubuhnya seperti
itu.
Sudah seharusnya kita sebagai masyarakat modern
yang kritis (terutama kaum wanitanya) tidak menerima konsep kecantikan tersebut
secara mentah-mentah begitu saja. Perlu kesadaran dan analisis pribadi yang
kuat sehingga kita tidak menjadi korban tren kecantikan yang sengaja dibentuk
oleh media dan kaum kapitalis.